Secangkir Kopi untuk Sang Gubernur
Merah Mege ,Atu Lintang---Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf menenggak segelas Black Coffee yang disajikan barista Gayo Espresso Kupi, Kantin Batas Kota, saat menghadiri sebuah acara tingkat Provinsi Aceh di Merah Mege Kecamatan Atu Lintang Takengon.
Gubernur didampingi bupati Aceh Tengah Nasaruddin berpakaian para raja Gayo termpoe doleloe dengan paduan baju dan celana kerrawang Gayo berwarna kuning. Saat istirahat bersama puluhan tamu dari provinsi dan kabupaten /kota di Aceh, gubernur Irwandi di aula kantor Camat Atu Lintang, tempat makan siang, langsung duduk disamping mesin espresso otomatis dan manual BFC Junior.
Begitu tiba diruangan, Gubernur menuju mesin espresso manual tempatku berdiri menyambutnya bersama rombongan. Sebagai pelayan, tentu saja aku berusaha melayani para tamu sebaik –baiknya. Apalagi sang Gubernur Aceh yang dipilih rakyat Aceh dari jalur independen ini.
Aku tentu saja membuat tandatangan dulu dengan Gubernur. Maksudnya bersalaman. Tangannya lembut, tidak kasar seperti kebanyakan petani di Takengon yang mengolah kebun kopi mereka.
Berperawakan sedang, Gubernur memakai dua cincin dikedua tangannya. Berkacamata minus. Karena memilih mesin espresso manual BFC Junior, aku langsung menggrinder kopi Arabica yang sudah diroasting. Dengan mesin grindel buatan China.
Aroma harum Arabica keluar dan terbawa udara yang membuat selera para pengopi terangsang untuk minum. Gubernur dengan bantuanku memasukkan bubuk kopi arabika kedalam grup handle. Gubernur Irwandi, tanpa kuduga melakukan tamping.
“Wah gubernur Aceh ini ternyata bisa mengoperasikan mesin espresso”, begitu bathinku . Gubernur Irwandi yang memakai kerrawang gayo berwarna kuning lngsung menempatkan handle pada showerhead.
Kemudian segelas Black Coffee mengalir pada gelas ukuran sedang. Krema yang dihasilkan BFC Junior cukup bagus sehingga warna keemasan krema tampak menambah selera. Irwandi kemudian duduk sekitar satu meter dari mesin espresso tempatku bekerja.
BC (Clack Coffee) kuhidangkan. Kepada Gubernur aku memberi gula aren dan gula rendah kalori dalam sachet. Gubernur lebih memilih gula aren. Sebatang rokok kretek mereka ternama disulutnya menemani kopi arabika.
Aku ingat beberapa waktu lalu saat meliput kampanye Partai Aceh di Pegasing. Gubernur Irwandi kala itu cuti dan berkampanye untuk PA yang dipusatkan di Lapangan Pacuan Kuda Belang Bebangka Kecamatan Pegasing.
Saat itu, mata kamera kuarahkan pada Gubernur yang berada di bagian Utara lapangan menghadap ke Selatan yang dipenuhi massa partai PA. Gubernur tampak pucat kala itu. Namun Irwandi tetap berpidato menjaring massa PA agar memilih PA pada pemilu kala itu.
Suaranya agak berat dan cenderung dipaksakan. Berpidato dengan suara datar. “Wah tampaknya Irwandi kurang sehat”, kataku membathin sendiri. Dugaanku benar, roadshow kampanye yang dilakukan Irwandi kala itu membuat Irwandi mungkin kurang istrirahat dan kelelahan.
Sepulang kampanye dari Takengon, Irwandi tumbang dan dilarikan ke sebuah Rumah sakit di Singapura. Dari Iwan Gayo , pengarang buku Pinter, belakangan kuketahui kalau Gubernur menurut Iwan Gayo terkena stroke ringan.
Kala itu, Iwan Gayo mengunjungi Irwandi di luar negeri bersama sang istri.
Kembali ke Irwandi yang minum segelas BC, belum sempat menikmati kopi yang baru diteguknya beberapa kali jerip (teguk), Irwandi sambil duduk bersama empat orang lainnya, tampak berbicara politik. Aku hanya “menguping “ pembicaraan tidak resmi itu karena harus melayani pemesan kopi yang gratis hari itu .
Gratis karena melayani undangan peserta Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-8, tingkat Provinsi di Kecamatan Atu Lintang (14/6) . Yang dilayani adalah tamu-tamu kelas provinsi pemerintahan dan kabupaten.
Sehingga aku tak perlu menghitung jumlah gelas dan siapa yang meminumnya. Karena berurusan dengan pembayaran. Semuanya sudah dibayar. Kontraknya, melayani 150 gelas. Lumayan. Menurut bahasa pasarnya, roa ikot setengah.
Saat berdialog dengan koleganya itu, beberapa warga masyarakat meminta masuk dan ingin bertemu sang Gubernur. Ada yang perempuan dan laki-laki. Membawa proposal berbagai jenis permohonan bantuan.
Satu persatu, proposal dibaca Irwandi. Menurutku dia hanya melihat total jumlah bantuan yang diminta. Seperti sebuah proposal yang berisi nilai uang sekitar Rp.50 juta. “Wah kalau proposal senilai ini minta sam bupati saja”, kata Irwandi.
Tak mau kalah dengan ucapan Irwandi, bupati Aceh Tengah yang duduk disampingnya mengatakan, “Mereka pingin bantuan itu dari Gubernur”, sebut Nasaruddin. Gubernur Cuma tersenyum dan melihat beberapa proposal lainnya sambil menyerahkannya pada stafnya yang berbaju dinas PNS.
Tak kurang dari lima proposal masuk ke tangan Irwandi. Dan Irwandi hanya melihat angka di proposal itu. (Win Ruhdi Bathin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar